Sampah Jamaah Haji
oleh: Leila Mona Ganiem
(Jamaah haji Kloter 22 JKS, 2013)
Terbit di Republika tanggal 2 November 2013
Selesai kegiatan tahunan
terbesar didunia, sepanjang jalan sekitar Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuna) dan
Makkah yang merupakan pusat aktifitas haji, sampah berserakan disana sini
adalah pemandangan lazim. Kegiatan haji senantiasa menyisakan jutaan kubik
sampah. Setiap tahunnya, ada sekitar 100 juta botol plastik berserakan. Kotoran
berupa kain ihrom, rambut jamaah, sandal, sisa makanan dan bungkusnya
berhamburan atau menggunduk. Di Arafah
saja, lebih dari 20 ton sampah, butuh waktu sekitar seminggu
membersihkannya. Karena itu tak jarang
kita temukan jamaah yang kelelahan,
tertidur disekitar bahkan diantara tumpukan sampah. Potensi penyakit seperti
wabah diare terutama ispa, biasa menjadi langganan.
Kota yang pada musim haji biasa dikunjungi
3-4 juta manusia ini, harus menanggung
beban berat atas ulah tetamu mereka. Padahal pihak Kerajaan Saudi Arabia selaku
sahibul baith tampaknya sudah berusaha
keras menjaga kebersihan dan kenyamanan para tamu Allah. Puluhan ribu kontainer sampah diaktifkan.
Pemerintah Kerajaan juga menerapkan "sistem tabung" untuk
mengantarkan limbah ke ruang bawah tanah dan stasiun daur ulang dari
tempat-tempat suci. Sampah disimpan pada lebih dari 100 tempat pembuangan yang
dilengkapi kompresor untuk memadatkan sehingga meminimalisir penumpukan.
Tak hanya pemanfaatan
teknologi, lebih dari dua puluh ribu tenaga kebersihan yang terdiri dari unsur pelajar,
organisasi masyarakat, pegawai pemerintah dan tentunya personel kebersihan yang
ada, dikerahkan untuk menyelesaikan masalah ini. Pencegahan serangga dan hewan pengerat juga
ditangani oleh ratusan tim yang
menyemprotkan insektisida.
Jika masalah sampah diatasi, tapi sumber pemroduksi sampah tidak dikelola, upaya agresifpun masih saja kurang solutif.
Lantas siapa yang paling
bertanggung jawab? para jamaah! Ironisnya jamaah haji terbesar dari Indonesia. Jika para tamu Allah memiliki kesadaran
membawa sampah masing-masing atau berkenan mencari tempat sampah yang
sesungguhnya tak seberapa jauh,
tampaknya hal ini bisa membuat perbedaan.
Pengetahuan tentang
kebersihan sangat imperatif dan ada baiknya tidak hanya dilihat sebagai tugas
lembaga keluarga. Buktinya jamaah kita sendiri masih sering membuang pembalut
bekas pakai dilantai kamar mandi, meludah di bis, meninggalkan baju tak
terpakai dimana saja. Itulah kira-kira fenomena umum yang kasat mata.
Tanpa mengurangi apresiasi
pada kinerja Pemerintah Indonesia yang telah sangat baik mengelola haji tahun
ini, saya merasa tugas pendidikan
'etiket kebersihan' para jamaah haji, sebaiknya diambil alih oleh pemerintah.
Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
pengkomunikasian 'budaya bersih lingkungan'. Budaya tersebut dapat dianalisa
dari berbagai aspek yaitu agama, kesehatan, kenyamanan diri dan orang
lain, serta tanggung jawab jamaah sebagai duta Indonesia.
Selama ini, upaya
pengkomunikasian melalui stiker 'Jagalah Kebersihan' yang ditempel di pondokan,
tidak cukup ampuh mengubah kebiasaan. Berikut ini beberapa saran yang dapat
pemerintah lakukan, yaitu 1) ketika pelatihan manasik, selain ritual haji, ada baiknya menambah sesi khusus membahas isu
kebersihan 2) membuat buku saku pengelolaan kebersihan haji 3) memasang spanduk 'anjuran menjaga
kebersihan' ketika di Armuna; 4) secara kontinyu panitia haji mengingatkan dan
memastikan untuk menjaga kebersihan lingkungan
dalam berbagai momen aktifitas relijius di kota suci.
Tak cukup itu, ada baiknya
pemerintah mengantisipasi solusi semaksimal mungkin, ditempat dimana produksi
sampah terjadi. Misalnya dengan menyediakan plastik pembuangan dan menyalurkan
ke tempat semestinya. Sejauh ini, pengelolaan sampah di pemondokan haji dapat
diacungi jempol. Sementara itu untuk
kegiatan di Arafah, dan Mina, meski tidak terlalu memuaskan, telah ada sistem. Misalnya ada tempat sampah dan petugas pemungut. Namun
di Muzdalifah, dan tempat-tempat ziarah, sisa makanan dan bungkusnya dengan
sembarangan dibuang. Jika budaya bersih lingkungan telah mendarah daging, mudah-mudahan hal itu mengurangi konstribusi
sampah dari jamaah kita.
Tak diragukan jika para
jamaah haji mengenal betul bahwa Islam adalah agama yang sangat mencintai
kebersihan. Mempermudah tuan rumah dalam mengurus jutaan tamu juga merupakan
ibadah. Andai saja tamu dari setiap negara menanamkan upaya serupa dengan yang
dijelaskan diatas, Insya Allah, ungkapan yang mengatakan 'Kebersihan sebagian
dari iman' teraktualisasikan dalam momen yang penuh berkah ini.
No comments:
Post a Comment