5 April 2011
oleh: Leila Mona Ganiem
“Clothes make the man. Naked people have little or no influence on society.”
—Mark Twain
—Mark Twain
Melinda dan Selly dua perempuan cantik yang dituduh menipu.
Keduanya bak model, tampil menarik, keren, supel dan menggugah perhatian.
Benar adanya bila dalam komunikasi, penampilan adalah alat persuasi yang ampuh.
Kita kerap tidak memperhitungkan penipu sebagai seseorang yang berbahaya,
karena penampilannya yang menawan.
Keputusan seseorang sering didasarkan kesan pertama.
Beberapa ahli komunikasi menyimpulkan bahwa mereka yang menarik secara fisik dianggap lebih ramah, lebih populer, lebih seksi, lebih sukses dan lebih meyakinkan.
Dan sering kali mereka dipandang lebih berbahagia dan mempunyai kepribadian yang lebih memikat. Penampilan yang baik juga dimanfaatkan untuk memperoleh bantuan.
Menurut Kleinke (1986), orang-orang cenderung menerima bantuan lebih besar atau
permohonannya lebih mudah dikabulkan, bila mereka berpakaian resmi atau rapi daripada bila mereka berpakaian biasa atau serampangan.
Tidak hanya dalam hubungan bisnis dan kegiatan sehari-hari, dalam pemilihan politisipun,
penampilan memberi dampak atas keterpilihan seseorang.
Amy King & Andrew Leigh (2005) menyimpulkan bahwa pemilih cenderung memilih kandidat yang penampilannya lebih menarik
Karenanya tidak jarang calon politisi atau figur publik memiliki desainer
yang memilihkan penampilan untuk kesan yang ingin dicitrakan.
Penampilan yang baik meningkatkan kredibilitas.
Seseorang dengan penampilan baik, dapat dianggap:
Berwibawa, bisa diandalkan, punya motivasi baik, disukai, bisa membujuk, bersemangat, bergairah dan aktif, berani, juga dipengaruhi oleh penampilan orang tersebut
(Mona, 2001).
Semua ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan baik maupun penipuan.
Menurut Ekman, deteksi kebohongan melalui nonverbal dan verbal (kata-kata)
dapat dilakukan dengan keberhasilan 80%.
Seseorang yang berbohong memiliki tugas sulit.
Dia perlu membuat-buat cerita, mengatakannya dengan tebal muka dan secara spontan.
Karena itu tidak mengherankan jika pembohong menunjukkan beban pikiran.
Seseorang yang sudah sangat lihai, mampu menyamarkan tanda ini dengan baik.
Selain itu, orang umumnya tidak terlalu memperhatikan tanda-tanda tersebut
mengingat telah termanipulasi oleh kemanisan fisik dan gaya komunikasi pembohong yang hangat.
Berita baiknya, deteksi kebohongan melalui verbal dan nonverbal dapat dipelajari.
Beberapa tips mendeteksi kebohongan
Secara verbal:
Pembohong, cenderung memanipulasi kata-kata dengan penjelasan logis dan sistematis.
Apalagi dengan persiapan sempurna.
Pembohong cenderung mengkonfirmasi dengan penuh semangat pada pernyataannya
sebagai upaya menutupi kecemasan dan merupakan strategi meyakinkan korbannya.
Pembohong kadang salah kata, ketika menjelaskan dan jawabannya cenderung singkat ketika ditanya.
Secara Nonverbal
Lebih sulit dikendalikan oleh pembohong.
Ekspresi wajah, tatapan mata dan gerak tubuh dapat lebih terasa jika kita lebih waspada memperhatikan. Pembohong cenderung menjaga jarak fisik, kurang kontak mata, berfokus pada sesuatu benda untuk menyalurkan emosinya seperti meremas atau memilin sesuatu.
Ada ketidaksesuaian kata dan ekspresi tubuh.
Pembohong cenderung memperhatikan ketika ditanya, namun kurang cepat merespon dan kurang serius sikapnya.
Ekspresi suara juga berbeda dengan ketika dirinya tidak berbohong.
Mengingat beragam penipuan ada disekitar kita,
tidak selayaknya kita melalui pengalaman buruk itu.
Belajar dari pengalaman orang lain membuat kita lebih berhati-hati.
Karena orang bukan pembaca pikiran
dan kerap persepsi adalah realitas yang kasat mata, ada baiknya kita waspada terhadap orang lain atas pilihan kata dan nonverbalnya,.
Kita mengevaluasi tidak hanya pada
apa yang tersurat namun juga yang tersirat.
No comments:
Post a Comment