Oleh: Leila Mona Ganiem
Domba anak saya, bernama Snow White (SW).
Domba itu hadiah oleh Kel Ali Badjerei, sahabat keluarga.
Karena dianggap binatang piaraan, (pet), dia dipanggil dengan gelar 'Mbak SW".
Selama tujuh bulan SW menikmati fasilitas susu Dancow, susu sapi literan atau susu Ultra.
Hitung-hitung biaya buat SW sekitar 750 ribu perbulan, terutama 6 bulan pertama.
http://bundamahes.files.wordpress.com/2010/06/susu-uht.jpg
Sebidang tanah kecil didekat dapur, berperan kebun, dirubah fungsinya menjadi kamar SW.
Hampir seluruh makanan keluarga juga disantapnya.
Sisa sayur lodeh, ayam, pisang, kulitnya, daging, mie, kerupuk habis dilalap SW.
Kami bertanggung jawab merubah fitrahnya dari herbivora menjadi omnivora.
Proses menikmati menu juga berbeda dari hewan sejenisnya.
Hampir semua makanan disantap dengan proses 'dipersilahkan'.
Maunya makanan disimpan dipiring atau dimangkuk.
Bila menu sudah jatuh kelantai, SW merasa jijik memungutnya.
Hingga usia setahun, Mbak SW masih minum menggunakan dot.
http://anjingdijual.com/upload/img/2012/09/21/21092012103434-4440.jpg
Sekeluarga bergiliran bertugas memegangi botolnya.
Tanpa dot, SW akan mengembik berkepanjangan.
Meski haus SW tetap tak berkenan meminum air dari ember.
Jelas, manusia memiliki keterbatasan mengajarkan aspek sosial individu lain.
Kasihan, dia tak punya figur yang mengajari 'menjadi domba'
SW dimandikan sebulan dua kali, kadang seminggu sekali.
SW juga menerima kemewahan berkeliling kampung.
Ditemani jalan-jalan oleh anak-anak saya, bak binatang piaraan.
Kadang tanpa sepengetahuan saya, Mbak SW dibawa masuk kekamar tidur.
Mencari jodoh buat Mbak SW juga tidak mudah.
Dia pilih-pilih.
Dulu sempat ada pasangan SW, bernilai 1,1 juta (beratnya lebih kecil dari Mbak SW).
Harga yang murah itu, karena persahabatan dengan siempunya hewan.
Perkawinan berlangsung dalam satu bulan saja lantaran pasangan
segera dihabisi untuk persembahan suci bulan Dzulhijah.
Berat Mbak SW kira-kira lebih dari 35 kg.
Mungkin 37-38 kilo. Umurnya kini 1,5 tahun.
Dua minggu lalu SW dihadiahkan pada Mas To, staf di rumah kami.
Dia memiliki kapasitas untuk mengurus domba cantik itu.
Pertimbangannya adalah karena selama SW sudah berkenan merumput,
Mas To inilah yang menyelesaikan masalah sayur-mayur itu.
Proses bujuk rayu cukup panjang untuk membuat Mbak SW dizinkan oleh anak saya
untuk berpindah kepemilikan.
Ada negosiasi yang berkonsekuensi cukup berharga pada saya sebagai ibunya.
Salah satu alasan yang saya sampaikan adalah karena kami tidak akan tega menggulainya.
Sementara pengurusan SW sudah kian sulit.
http://inastya.files.wordpress.com/2007/11/sambal-goreng-iga-kambing.jpg
Kami juga berfikir... hitung-hitung keberadaan Mbak SW buat Mas To sebagai tambahan peluang bisnis baginya jika domba cantik itu beranak cucu.
Kemarin Mas To melapor, Mbak SW sudah dijual.
Harganya 400 ribu!
Aku menjerit, "Hah... 400 ribuuu?
Terkejut, marah, terharu.
"Mengapa pembeli tega menekan harga tanpa berperikebinatangaan pada Pet mahal itu!" renung saya.
Anak-anak belum dikabari.
Mungkin mereka akan menangis, tapi dengan alasan berbeda dengan ibunya.
Domba anak saya, bernama Snow White (SW).
Domba itu hadiah oleh Kel Ali Badjerei, sahabat keluarga.
Karena dianggap binatang piaraan, (pet), dia dipanggil dengan gelar 'Mbak SW".
Selama tujuh bulan SW menikmati fasilitas susu Dancow, susu sapi literan atau susu Ultra.
Hitung-hitung biaya buat SW sekitar 750 ribu perbulan, terutama 6 bulan pertama.
http://bundamahes.files.wordpress.com/2010/06/susu-uht.jpg
Sebidang tanah kecil didekat dapur, berperan kebun, dirubah fungsinya menjadi kamar SW.
Hampir seluruh makanan keluarga juga disantapnya.
Sisa sayur lodeh, ayam, pisang, kulitnya, daging, mie, kerupuk habis dilalap SW.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBLZco56oyh6bGBSSpZs5IsBXGMDe-65CIHF5p0AGnBImuBmrAG_TJi_nsAa7r4ge-xeK2_pMYl-EZ6CzEmc-464pcz_zjPKY4b3KPV7BY9ICUoCkQf1lgQKlWSkCxtUzG25PcDQ/s400/8.jpg
Kami bertanggung jawab merubah fitrahnya dari herbivora menjadi omnivora.
Proses menikmati menu juga berbeda dari hewan sejenisnya.
Hampir semua makanan disantap dengan proses 'dipersilahkan'.
Maunya makanan disimpan dipiring atau dimangkuk.
Bila menu sudah jatuh kelantai, SW merasa jijik memungutnya.
Hingga usia setahun, Mbak SW masih minum menggunakan dot.
http://anjingdijual.com/upload/img/2012/09/21/21092012103434-4440.jpg
Sekeluarga bergiliran bertugas memegangi botolnya.
Tanpa dot, SW akan mengembik berkepanjangan.
Meski haus SW tetap tak berkenan meminum air dari ember.
Jelas, manusia memiliki keterbatasan mengajarkan aspek sosial individu lain.
Kasihan, dia tak punya figur yang mengajari 'menjadi domba'
SW dimandikan sebulan dua kali, kadang seminggu sekali.
http://dc223.4shared.com/img/EOzoESjgce/143f7ae1e60/ShaunTheSheepS01E02_Bathtime.avi
SW juga menerima kemewahan berkeliling kampung.
Ditemani jalan-jalan oleh anak-anak saya, bak binatang piaraan.
Kadang tanpa sepengetahuan saya, Mbak SW dibawa masuk kekamar tidur.
http://gamescatalyst.com/wp-content/uploads/2012/04/Shaun-the-Sheep.jpg
Mencari jodoh buat Mbak SW juga tidak mudah.
Dia pilih-pilih.
http://images.shaunthesheep.com/user_uploads/creations/creation_700_10832.jpg
Dulu sempat ada pasangan SW, bernilai 1,1 juta (beratnya lebih kecil dari Mbak SW).
Harga yang murah itu, karena persahabatan dengan siempunya hewan.
Perkawinan berlangsung dalam satu bulan saja lantaran pasangan
segera dihabisi untuk persembahan suci bulan Dzulhijah.
http://blog.rajasulap.com/wp-content/uploads/2012/10/shaun_the_sheep_idul_adha1.jpg
Mungkin 37-38 kilo. Umurnya kini 1,5 tahun.
http://pixabay.com/static/uploads/photo/2012/11/05/04/14/alpaca-64137_640.jpg
Dua minggu lalu SW dihadiahkan pada Mas To, staf di rumah kami.
Dia memiliki kapasitas untuk mengurus domba cantik itu.
Pertimbangannya adalah karena selama SW sudah berkenan merumput,
Mas To inilah yang menyelesaikan masalah sayur-mayur itu.
Proses bujuk rayu cukup panjang untuk membuat Mbak SW dizinkan oleh anak saya
untuk berpindah kepemilikan.
Ada negosiasi yang berkonsekuensi cukup berharga pada saya sebagai ibunya.
Salah satu alasan yang saya sampaikan adalah karena kami tidak akan tega menggulainya.
Sementara pengurusan SW sudah kian sulit.
http://inastya.files.wordpress.com/2007/11/sambal-goreng-iga-kambing.jpg
Kami juga berfikir... hitung-hitung keberadaan Mbak SW buat Mas To sebagai tambahan peluang bisnis baginya jika domba cantik itu beranak cucu.
Harganya 400 ribu!
Aku menjerit, "Hah... 400 ribuuu?
Terkejut, marah, terharu.
"Mengapa pembeli tega menekan harga tanpa berperikebinatangaan pada Pet mahal itu!" renung saya.
Anak-anak belum dikabari.
Mungkin mereka akan menangis, tapi dengan alasan berbeda dengan ibunya.
6 comments:
Kereeeeennn
Kereeeeennn
Awesome
Ya Allah mb Mona, kisah dramatis yg mengharubiru... terbayang sangat... perasaan ananda dan mb Mona yg terkejut namun dg alasan berbeda
So sad...😢 Mengharukan sekali bu Mona... Kasihan si Mba SW...😢😢😢
Haha...shock juga ya mbak. Ga nutut biaya hidup e mbak SW.
Post a Comment